Abstract. Aquinas’s thought, in particular his philosophy, has traditionally been closely related to Aristotle and many scholarly books and articles appeared to stand behind such a relationship. Due to the topic that I’m working on, it seems that the relasionship is much more clear in Aristotle’s Metaphysics or in his doctine of being as divided by the categories and being as divided by act and potency. On the other hand, another side of Aquinas’s thought also came to be exemined by various scholars what might be called Aquinas’s Platonism. The doctrine of participation is one of the Platonic elements in his thought. However, one significant point need to be stressed is that Aquinas in his Commentary on the Metaphysics did not attribute to Aristotle his own view of the relationship between essence and esse. Furthermore, Aquinas’s distiction of essence and esse is not Platonic in the sense that it is found in Plato himself or even in the writings of the Neoplatonists in the precise way. So we can say in one or another way that Aquinas runs his own way but Platonic inspiration stands behind the development of his own position.
Keywords: Metaphysics, Being, Participation, Aquinas’s Platonism, Essence, Esse, Neoplatonists, Platonic Inspiration.
Pendahuluan
Sebutan metafisika secara historis terkait erat dengan kategori karya-karya Aristoteles1 sesudah karya-karya fisika (ta metà tà physikà). Karya-karya tersebut yang oleh Aristoteles disebut sebagai “filsafat pertama” menelaah pokok mengenai ada, yakni ada sebagai ada (to on hei on). Sedangkan sebutan partisipasi merupakan konsep penting pada pelbagai sistem filosofis khususnya pada sistem filsafat Plato2 dan Neoplatonisme. Plato menggunakan sebutan ini untuk menjelaskan hubungan antara dunia material indrawi dengan dunia ide.
Metafisika Aristoteles ini di kemudian hari sangat mempengaruhi pemikiran filosofis dan teologis pada abad pertengahan, terutama dalam puncaknya yang tercermin dalam pemikiran Thomas Aquinas. Aquinas yang terpesona dengan karya-karya Aristoles, yang par excellence adalah filsuf natural itu, mengadopsi seraya ‘mengkristenkan’ beberapa pokok filsafatnya. Dia memberikan komentar atas karya-karya Aristoteles dan menjadikan Aristoteles sebagai “otoritas” dalam penegasan rasionalnya terhadap pokok teologis yang diuraikannya. Oleh karena itu, pada umumnya orang mengatakan bahwa Aquinas sangat erat terkait dengan Aristoteles.
Ketertarikan Aquianas terhadap filsafat Aristoteles bukan berarti dia mengesampingkan pemikir sebesar Plato. Dalam beberapa pokok pikiran, kita dapat menemukan pemikiran Plato atau lebih tepat Neoplatonis yang secara amat jelas bertengger pada tampuk filsafat dan teologi Aquinas. Konsep mengenai partisipasi dalam Metafisika Aquinas merupakan salah satu pokok yang secara paling jelas memperlihatkan pengaruh Platonisme pada Aquinas; dan artikel ini dimaksudkan untuk memperlihatkan pengaruh tersebut.
Artikel ini akan dibagi dalam empat bagian: bagian pertama memberikan gambaran umum terhadap perkembangan Platonisme dalam abad pertengahan dengan memberikan penekanan pada puncak abad pertengahan agar tampak insight bagi ‘platonisme’ Aquinas. Bagian kedua mengulas secara lebih khusus beberapa karya Aquinas yang secara gamblang dipengaruhi oleh Platonisme. Ulasan akan semakin dipersempit pada bagian ketiga dan keempat dengan memperlihatkan pokok mengenai partisipasi dalam metafisika Aquinas sebagai horizon Platonik yang mempengaruhi teologi Aquinas. Pada kedua poin ini diperlihatkan kekhasan Aquinas dengan Platonisme berada di horizonnya.
1 Rujukan pada karya-karya Aristoteles, terutama Metafisika, kami gunakan edisi berbahasa Inggris yang diedit oleh Jonatahn Barnes: The Complete Works of Aristotle, Princeton University Press, New Jersey, 1991.
No comments:
Post a Comment