Tuesday, 17 October 2017

Analogi dalam ajaran Thomas Aquinas



Abstract: Treating the doctrine of analogy in a theological sense leads us to a kind of dilemma; as on one hand, we are actually limited to knowing God only on the basis of sensible creatures, knowledge of creatures does not enable us  to see the essence of God through His effects, thus ruling out any univocal knowledge of God. On the other hand, a purely equivocal knowledge is no knowledge. Aquinas offers a way out of such a dilemma that is called the analogical way of predication. Insofar as God is the cause of creatures or material things there is some similarity between them as between cause and effect which enables us not to know what God is but at least whether God exists. However, insofar as there is an infinite inequality between God and creatures, we can predicate of God what we know from creatures only, surely after removing from the created things the finite characteristics that properly belong to them.

Key words: God, cause, creatures, effect, univocal, equivocal, analogy, predication.

Pendahuluan

Analogi merupakan salah satu dari sekian banyak tema penting dalam pemikiran Thomas Aquinas. Kepentingan analogi (ἀναλογία) atau “proposisi sekunder” ini terutama terletak di dalam dua peranan pokoknya, yakni pertama berkaitan dengan metafisika di mana analogi berperan mengkualifikasikan suatu jenis kesatuan antara suatu mengada (esse) yang tidak tampak baik dalam jenus maupun dalam spesies yang sama. Peranannya yang kedua adalah mengkatalogisasikan konsep-konsep dan terminologi-terminologi yang tidak dibicarakan baik secara  univokal maupun secara equivokal.
Aquinas mengambil alih dan mengembangkan ajaran Aristotelian tersebut di atas menjadi suatu topik penting dalam permenungan filosofis dan teologisnya. Analogi menjadi “alat” ampuh di tangan Aquinas untuk memecahkan beberapa kebuntuan fundamental dalam logika, gnoseologi1, metafisika dan teologi yang dengan demikian dia dipersanggup untuk menjaga nilai pengetahuan tanpa tersesat masuk ke dalam kesalahan rasionalisme (idealisme) atau nominalisme seraya mempertahankan nilai ciptaan (makhluk)  tanpa terlibat dalam kompromi baik dengan transendensi maupun dengan imanensi sang Pencipta (Khalik).
Banyak orang telah melakukan studi yang mendalam mengenai topik ini dengan sumbangan yang amat berguna bagi pemahaman akan ajaran Aquinas mengenai analogi; walaupun demikian, sampai kini terutama secara internal antara para Thomis masih terdapat kontrovesi yang belum mencapai titik sepakat. Dalam studi yang amat singkat ini, sambil tetap memperhatikan tinjauan filosofisnya, kami mau memfokuskan diri pertama-tama pada persinggungannya dengan bidang teologi; karena bagaimanapun juga harus dikatakan secara tepat bahwa analogi dalam pemahaman Aquinas memiliki horizon religius (teologis). Dalam kaitan dengan horizon tersebut kami hendak memperlihatkan sekaligus mempertahankan bahwa secara fundamental analogi yang dimaksudkan oleh Aquinas adalah analogi atributif intrinsik.   

1 gnoseologi (gnosis dan logos) merupakan suatu bagian filsafat yang melakukan studi terhadap pengetahuan, yang secara umum paralel dengan epistemologi tetapi dalam studi-studi mutakhir condong dibedakan antara keduanya, di mana gnoseologi mengacu kepada studi umum atas pengetahuan (asal, hakekat dan nilainya) sedangkan epistemologi mengacu kepada sains (pengetahuan saintifik)

No comments:

Post a Comment

SKANDAL SALIB

SKANDAL SALIB  Bagaimana Salib  Mengusik para Pemikir Uji lakmus merupakan sebuah indikator yang amat sederhana dalam memperlihatk...